Minggu, 15 Oktober 2017

KOMPONEN TEKNOLOGI SL-PTT PADI DESA SIDO URIP KECAMATAN ARGA MAKMUR BENGKULU UTARA



OLEH; NURYANI SP[1]. DAN TARJO[2]

I.        PENDAHULUAN
Komponen teknologi yang disusun dalam pelaksanaan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) bersifat spesipic lokasi dan mempertimbangkan keragaman sumberdaya, iklim, jenis tanah, social-ekonomi-budaya masyarakat serta menjaga kelestarian alam dan lingkungan. Pelaksanaan SL-PTT perlu terus disempurnakan dengan lebih memberdayakan Laboratorium Lapangan (LL) sebagai lokasi inovasi teknologi baru. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan adopsi teknologi spesipic lokasi.

Pendekatan SL-PTT berfungsi sebagai pusat belajar bagi petani untuk mengembangkan diri dalam pengambilan keputusan, sebagai tempat bertukar informasi dan pengalamn, memberikan pemahaman tentang berusaha tani dengan pengelolaan yang baik, tanpa meninggalkan pengolahan yang efisien, pembinaan manajemen kelompok sehingga kelompok tani menjadi lembaga yang benar-benar dirasakan manfaatnya bagi kolompok tani dan anggota.

II.                  KOMPONEN TEKNOLOGI SL-PTT YANG DILAKSANAKAN DI DESA SIDO URIP
Adapun teknologi pilihan yang dilaksanakan di Desa Sido Urip, adalah meliputi tahapan-tahapan pekerjaan yang dimulai dari  :
1.     Penggunaan Pupuk Kompos Jerami
2.    Penggunaan Varitas Unggul Baru (VUB)
3.    Benih bermutu dan berlebel
4.    Penggunaan bibit muda (< 21 HSS)
5.    Tanam 1-2 perlobang tanam
6.    Tanam dangkal/tidak terlalu dalam dengan posisi sedikit mering
7.    Pengaturan jarak tanam dengan menggunakan jajar legowo 4;1
8.    Pengairan Berselang
9.    Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT
10. Pemupukan sesuai dengan rekomendari setelah melakukan (PUTS) Perangkat Uji Tanah Sawah.
11.  Panen Tepat Waktu dan Perontokan Gabah Langsung setelah Panen.

A.  Penggunaan kompos Jerami
Permasalahan yang sering dihadapi oleh petani ketika akan turun sawah adalah terjadinya kelangkaan pupuk, Biaya produksi yang cendrung meningkat, Produktivitas lahan yang cendrung menurun dan ketersediaan air yang semakin berkurang. Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi ini maka dalam SL-PTT dikenalkan cara pembuatan pupuk organic yang bahan bakunya sudah tersedia dan mudah didapat dilokasi persawahan.

Salah satu bahan yang sudah tersedia dilokasi sawah adalah jerami. Langkah-langkah dalam pemanfaatan jerami ini adalah:
·         Sehabis panen, Jerami dibabat rata diatas permukaan tanah, kemudian dihamparkan, diatasnya ditabur dengan bokasi, untuk memudahkan pelapukan dan tumbuhnya mikro organism disemprotkan dengan EM4 dengan dosis 100 liter per hektar. Setelah itu petekan sawah digenangi selama 3-4 minggu.

·         Setelah genangan berumur 1 bulan tanah diolah sebagai mana biasanya, dibajak 2 x, digaru tanah siap untuk ditanam.

B.  Penggunaan Varitas Unggul Baru dan Benih Bermutu dan Berlebel
·         Varitas unggul merupakan teknologi yang berperan penting dalam peningkatan kuantitas dan kualitas gabah. Benih bermutu akan menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak, pada saat pemindahan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk beradaptasi.
·         Setelah mendapatkan benih bermutu dan berlebel maka sebelum disemai dilakukan perlakuan untuk mendapatkan benih yang benar-benar mempunyai daya tumbuh yang tinggi. Perlakuan benih sebelum disemai antara lain:
1.     Rendam benih dengan larutan ZAatau larutan garan 3% dengan perbandingan 1 kg ZA dengan air 3 liter, benih yang terapung/mengambang dibuang. Setalah itu benih dicucu lalu direndam selama 24 jam.
2.    Untuk daerah yang sering terserang hama penggerek tambahkan dengan fipronil (Regent) 50 st pada benih yang siap tebar.

C.  Penggunaan Bibit Muda (<21 HSS) dan tanam 1-2 perlobang tanam.
Manfaat penanaman bibit muda:
1.     Tanaman tidak mudah rusak: sewaktu pemindahan bibit dari semaian ke lahan persawahan biasanya terjadi gangguan fisik pada system perakaran, dengan bibit muda pembentukan akar belum terlalu sempurna sehingga akar tidak tergannggu.
2.    Pengangkutan bibit lebih ringan untuk skala penanaman yang cukup luas

          Manfaat tanam 1-2 perlobang tanam
1.     Efisien : Terjadi 30-40% penghematan bibit, yang biasanya petani menggunakan 3 kaleng/45 kg/ha dengan penggunaan 1-2 bibit perlobang tanam menjadi 20-25 kg/ha.
2.    Mengurangi persaingan tanaman dalam penyerapan unsur hara
3.    Mengurangi tingkat serangan hama
4.    Pertumbuhan anakan akan lebih banyak.

D.  Tanam Dangkal /tidak terlalu dalam dengan posisi miring
Tanam tidak terlalu dalam/dangkal akan mempercepat adaptasi akan dan akar yang terbentuk melebar sehingga memacu pertumbuhan anakan.

E.  Pengaturan Jarak Tanam dengan Menggunkan Jajar Legowo 4 ; 1
Keuntungan atau tujuan dari jajar legowo ini adalah :
a.    Memperbanyak sinar matahari yang mengenai tanaman, agar proses fotosintesis oleh daun berjalan sempurna  sehingga akan mendapatkan bobot buah yang lebih berat.
b.    Mengurangi serangan hama, terutama tikus karena tikus tidak menyukai tempat yang terang.
c.    Menekan perkembangan penyakit, pada lahan yang terbuka kelembapan akan semakin berkurang sehingga serangan penyakinpun semakin berkurang.
d.    Ruang kosong yang tersedia berguna untuk pengaturan air.
e.    Penyerapan pupuk lebih tepat sasaran.
f.    Menambah populasi tanamanmenjadi lebih banyak sekitar 80-100%, sehingga akan menambah produksi

F.  Pengairan Berselang
Pengaturan berselang adalah pengaturan kondisi lahan antara kering dan tergenang secara bergantian. Hal ini bermanfaat untuk:
·         Menghemat air, memberikan kesempatan pada akar untuk mendapatkan udara. Mencegah terjadinya keracunan zat besi, penimbunan asam oranik dan gas H2s yang akan menghambat perkembangan akar. Mengurangi anakan yang tidak produktif, memudahkan penyerapan pupuk dan dapat menyeragamkan pemasakan gabah.

G.  Pengendalian OPT dengan Pendekatan PHT
·         OPT merupakan factor membantas produksi dalam budidaya tanaman padi., dimana OPT ini meliputi; Hama, Penyakit dan gulma.
·         Pengendalian terpadu adalah upaya untuk menekan populasi hama dan infeksi penyakit hingga dibawah ambang ekonomi melalui beberapa cara pengendalian yang sinergis.
·         Hama padi utama di Bengkulu adalah : tikus, keong mas, wereng hijau, wereng coklat, penggerek batang, ulat grayak, walang sangit, dan burung.
·         Penyakit utama padi di Bengkulu adalah : Tungro, Blast, Hawar Daun Bakteri (HDB)

     Strategi Pengendalian secara terpadu:
a.    Menggunakan Varitas yang tahan terhadap hama, dan penyakit.
b.    Mengadakan pergiliran tanaman, kebersihan lapang, waktu dan pemupukan yang tepat,
c.    Pengamatan berkala
d.    Pemanfaatan musuh alami,
e.    Pengendalian secara mekanik seperti menggunakan alat tangkap.
f.    Penggunaan pestisida adalah alternative terakhir.

H.  Pemupukan Sesuai Dengan Rekomendasi setelah Melakukan (PUTS)
Pemupukan tanaman padi spesipik lokasi adalah suatu upaya menambah/menyediakan hara penting untuk kebutuhan   tanaman padi sehingga tanaman dapat tumbuh optimal. Pemberian pupuk hendaknya tepat jenis, dosis dan waktu. Pemberian pupuk berbeda antar lokasi, antar varitas, dan antar waktu. Pemberian pupuk Nitrogen (N) dapat menggunakan Bagan Warna Daun (BWD) sebagai alat ukurnya sedangkan untuk Phaspor (P) dan Kalium (K) dapat menggunakan Perangkat Alat Uji Tanah Sawah (PUTS).

Untuk desa sido urip status hara tanah setelah dilakukan pengujian didapat :
PH. Tanah                   : 5-6 (Agak Asam)
Nitrogen (N)              : Rendah (berpasir , 20%liat)
Phaspor (P)                 : Rendah
Kalium (K)                  : Sedang

Dari hasil uji tanah sawah ini maka didapat rekomendasi pemberian Koptan/Dolomit, N, P dan K adalah:
1.     Koptan/Dolomit     : 1000 kg/ha dengan system drainase konvensional
2.    N                          : 300-250 kg/ha dalam bentuk urea
3.    P                           : 100 ka/ha dalam bentuk SP-36
4.    K                          : 50 kg/ha dengan konvensi jerami 5 ton/ha
                                                                 

I.  Panen Tepat Waktu dan Pengubinan

     Panen
Hasil padi yang berkualitas tidak hanya diperoleh dari penanganan budi daya yang baik saja, tetapi juga didukung oleh penangan panen yang tepat.  Waktu panen padi yang  tepat yaitu jika gabah sudah tua dan sesuai dengan deskrifsi varitasnya, umumnya sekitar  umur 110-115 hari. Panen sebaiknya dilakukan pada saat cuaca terang.

 Kriteria padi siap panen.    
1.     Umur sudah sesuai dengan deskripsi varitas
2.    Daun bendera dan 90-95% bulir padi sudah menguning.
3.    Malai padi menunduk
4.    Bulir gabah terasa keras bila ditekan.

     Pengubinan        
Petak ubinan merupakan sampel untuk menentukan produksi perhektar, untuk itu petak        ubinan harus dapat mewakili kondisi pertanaman dilapangan. Petak ubinan yang besar akan menunjukkan keragaman yang kecil disbanding petak ubinan yang besar.

Ukuran  ubinan yang selama ini digunakan adalah 2,5 x2,5 m merupakan nilai yang apabila dikalikan dengan 1.600 akan mendapatkan nilai 10.000m2 (1Ha), atau dengan pengertian lain bahwa dalam 1 hektar terdapat 1.600 petak ukuran 2,5 x 2,5.

Petak ubinan pada jajar legowo 2;1, dapat menggunakan ukuran 2,4 x 2,4 m, sehingga dalam 1 Ha didapat petak ubinan sebanyak 1.736,111 petak atau dibulatkan menjadi 1.736 petak. Pada petak ubinan dengan jajar legowo 4 ; 1 dapat menggunakan ukuran 4,0 x 2,0 m, sehingga didapat 1 Ha ada sebanyak 1.250 petak.                   


III.    PENUTUP  

Teknologi yang diterapkan dalam SL-PTT memberikan banyak manfaat dalam berbudidaya padi. Adapun manfaat yang dirasakan adalah:
1.     Terjadinya perubahan dalam struktur tanah, dimana selama ini tanah tidak dapat menyimpan air, dengan adanya pemberian pupuk organic air dapat disimpan dalam jangka yang agak lama.
2.    Tanah lebih subur sehingga memberi dampak pada kesuburan tanaman
3.    Dengan menggunakan teknologi tanam 1-2 perlobang tanam dapat menghemat bibit, sehingga terjadi pengurangan dalam biaya produksi.
4.    Jarak tanam Legowo menambah populasi tanaman sehingga dengan sendirinya akan menambah produksi persatuan luasnya.
5.    Menghemat air, pemupukan yang tepat sasaran dan berkurangnya hama dan penyakit pada tanaman.
Dengan berbagai manfaat yang dapat dirasakan ini kami berharap program SL-PTT dapat lebih ditingkatkan lagi. Baik dalam pengelolaanya dan juga pembinaannya sehingga adopsi teknologi ini dapat diterapkan oleh sebagian besar petani.


[1] Nuryani, SP. PPL Desa Sido Urip.
[2] Tarjo, Ketua Kelompok Tani Panca Usaha I A


Tidak ada komentar:

Posting Komentar