Selasa, 01 Januari 2019

Pengendalian Penggerek Batang Padi (Stem Borer)

Penggerek batang padi merupakan hama yang sangat penting pada padi dan sering menimbulkan kerusakan dan menurunkan hasil panen secara nyata. Terdapatnya penggerek di lapang dapat dilihat dari adanya ngengat di pertanaman dan larva di dalam batang (Gambar 5: larva penggerek batang padi bergaris). Mekanisme kerusakan disebabkan larva merusak sistem pembuluh tanaman di dalam batang.




hama penggerek padi
Penggerek batang padi kuning Scirpophaga incertulas (Walker) (Gambar 1)
Penggerek batang padi putih Scirpophaga innotata (Walker) (Gambar 2)
Penggerek batang padi bergaris Chilo suppressalis (Walker) (Gambar 3)
Lepidoptera: Pyralidae Penggerek batang padi merah jambu Sesamia inferens (Walker) (Gambar 4)
Lepidoptera: Noctuidae

 
Stadia tanaman yang rentan terhadap serangan penggerek adalah dari pembibitan sampai pembentukan malai. Gejala kerusakan yang ditimbulkannya mengakibatkan anakan mati yang disebut sundep pada tanaman stadia vegetatif (Gambar 6); dan beluk (malai hampa) pada tanaman stadia generatif (Gambar 7). Siklus hidupnya 40-70 hari tergantung pada spesiesnya.

Ambang ekonomi penggerek batang adalah 10% anakan terserang; 4 kelompok telur per rumpun (pada fase bunting). Perlu diketahui bahwa kerusakan pada stadia generatif maka tindakan pengendalian sudah terlambat atau tidak efektif lagi.

Aplikasi insektisida dilakukan bila keadaan serangan melebihi ambang ekonomi atau jika populasi ngengat meningkat pada saat tanaman fase generatif. Gunakan insektisida yang berbahan aktif:
- karbofuran,
- bensultap,
- bisultap,
- karbosulfan,
- dimehipo,
- amitraz, atau
- fipronil.


Sumber :

hama penyakit hara pada padi

Jumat, 01 Desember 2017

Pengendalian Penyakit Tungro

Tungro merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus. Tungro berasal dari bahasa Filipina yang berarti tumbuhan degeneratif  (tumbuhan merana). Di Sumatera Selatan dikenal dengan nama "mentek".  Di Kalimantan Barat dikenal dnegan naman "penyakit habang" dan di Sulawesi selatan dikenal dengan naman "cela pace".

Gejala Penyakit

Padi penyakit tungro
Padi terserang tungro  sumber:saungsumberjambe.com.
Tanaman terinfeksi tungro, tumbuh agak kerdil, ujung daun-daunnya berwarna kuning jingga, dan sedikit membentuk anakan. Tumbuh kerdil disebabkan oleh hambatan pertumbuhan pelepah, helai daun, dan ruas batang tanaman.

Daun menguning dimulai  dari ujung-ujung daun warnanya bervariasi dari kuning muda sampai jingga atau kuning coklat. Pada daun yang menguning (kadang-kadang juga pada daun yang masih hijau), sering dijumpai bintik-bintik berwarna coklat tua. Pada daun muda tanaman yang terserang sering terlihat adanya garis-garis berwarna hijau yang arahnya sejajar dengan urat-urat daun.

Sabtu, 25 November 2017

Perbaikan Cara Tanam Padi dengan System Rice Intensification (SRI)

Jarak tanam (jajar legowo) bagian dari SRI
SRI (Siystem Rice Intensification) dalam beberapa tahun belakangan ini menjadi metode budidaya padi yang cukup fenomenal. Karena ternyata memberikan hasil yang lebih banyak dibanding dengan sistem konvensional selama ini. Isyu yang lebih penting adalah sistim ini lebih ramah lingkungan dengan mengedepankan sistim pertanian organik. SRI mengajarkan untuk memahami padi sebagai tumbuhan rumput-rumputan yang butuh air akan tetapi bukan tanaman air. Sehingga pengaturan air menjadi hal yang sangat penting. Berikut ini tulisan yang diambil dari salah seorang tokoh penggerak SRI dari Madagaskar Dawn Bakelar bisa menjadikan sebagai rujukan untuk memahami metode SRI.


Apakah SRI itu?

            SRI mengembangkan praktek pengelolaan padi yang memperhatikan kondisi pertumbuhan tanaman yang lebih baik, terutama di zona perakaran, dibandingkan dengan teknik budidaya cara tradisional.  SRI dikembangkan di Madagaskar awal tahun 1980 oleh Henri de Lauline, seorang pastor Jesuit yang lebih dari 30 tahun hidup bersama petani-petani di sana.  Tahun 1990 dibentuk Association Tefy Saina (ATS), sebuah LSM Malagasy untuk memperkenalkan SRI. Empat tahun kemudian, Cornell International Institution for Food, Agriculture and Development (CIIFAD), mulai bekerja sama dengan Tefy Saina untuk memperkenalkan SRI di sekitar Ranomafana National Park di Madagaskar Timur, didukung oleh US Agency for International Development. SRI telah diuji di Cina, India, Indonesia, Filipina, Sri Langka dan Bangladesh dengan hasil yang positif.

Jumat, 24 November 2017

Pengendalian Kepinding Tanah (Scotenophore vermiculata Voll, Podops vermiculata)

Kepinding tanah atau disebut juga kepinding air (Scotenophore vermiculata Voll, Podops vermiculata) adalah serangga kepik. Warnanya coklat hitam, besarnya 7 - 10 mm.

Kepinding tanah atau kepik
Kepik ini mengeluarkan bau. Hidup di bagian bawah rerumputan dan sewaktu-waktu dapat juga menimbulkan kerusakan besar. Hama ini banyak terdapat di Jawa Barat, Sumatera dan Kalimantan, yaitu pada daerah yang mempunyai kemarau yang pendek.

Di siang hari sangat lamban bergerak dan biasanya berkumpul dalam gerombolan yang besar di tengah-tengah bagian bawah tanaman, kadang-kadang juga sedikit masuk ke dalam lumpur atau sisa-sisa bahan organik. Jika di siang hari cuaca mendung serangga naik ke bagian tanaman yang lebih tinggi dan juga bagian bawah daun. Di malam hari suka terbang dalam gerombolan yang besar berkumpul pada sumber cahaya atau lampu.

Telur kepik diletakkan pada pangkal batang atau daun padi dalam barisan sebanyak 20 - 65 butirPanjang telur kepik 1 mm, mula-mula warnanya hijau abu-abu dan pada waktu akan menetas warnanya menjadi ungu. Telur ini biasanya dijaga oleh induknya.

Masa jadi telur kepik selama 33 - 41 hari dan jumlah telur tiap betina adalah 300 - 600 butir. Masa bertelur sampai 115 hari. Kepik dewasa dapat hidup sampai 200 hari. Serangga atau kepik dewasa dari keturunan terakhir, setelah padi dipanen tinggal di sekitar tempat itu dalam keadaan tidak aktif sampai terdapat lagi tanaman padi berikutnya yang berumur 30 minggu. Disini kepik mulai kawin lagi dan bertelur.

Kamis, 23 November 2017

5 Tehnik Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)

Pola tanam Padi-Padi-Palawija untuk mengendalikan OPT
Organisme pengganggu tanaman (OPT) terdiri dari hama, penyakit, dan gulma, merupakan salah satu faktor penghambat usaha produksi padi. Untuk mempertahankan produktivitas padi pada taraf yang tinggi dengan keadaan sumber daya alam yang tidak tercemar dan lestari perlu dilakukan pengendalian OPT. Pengendalian OPT berpedoman pada konsep PHT (Pengendalian Hama Terpadu). Konsep PHT menunjukkan perlu tidak hanya mengandalkan penggunaan satu teknik saja, tetapi harus menggunakan berbagai tehnik pengendalian yang saling mendukung. 

Untuk mengendalikan OPT perlu memperhatikan berbagai aspek antara lain aspek ekonomi, ekologi dan sosial. Berbagai tehnik pengendalian OPT meliputi pengendalian biologi, pengendalian varietas tahan, pengendalian dengan pengaturan pola tanam, pengendalian secara fisik dan mekanik dan pengendalian secara kimia.

Rabu, 22 November 2017

Membuat Dan Mengaplikasikan Pestisida Nabati


Membuat Dan Mengaplikasikan Pestisida Nabati

Oleh:
Elly Sarnis Pukesmawati, SP. MP dan Nugroho Setyowibowo, S.Si

Disampaikan dalam Pelatihan Pertanian Organik Bagi Penyuluh Pertanian Non PNS Angkatan I – Balai Pelatihan Pertanian, Jambi, 4 s.d 10 Juni 2009.

A.    Prinsip Pemanfaatan Pestisida Nabati

Daun kenikir, bahan pestisida nabati
Tumbuhan merupakan gudang bahan kimia yang kaya akan kandungan berbagai jenis bahan aktif. Dikenal suatu kelompok bahan aktif yang disebut "produk metabolit sekunder" (secondary metabolic products), namun fungsinya bagi tumbuhan tersebut dalam proses metabolisme kurang jelas. Kelompok ini berperan penting dalam berinteraksi atau berkompetisi, termasuk melindungi diri dari gangguan pesaingnya. Produk metabolik sekunder ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan aktif pestisida nabati.
Pada tahap awal pemanfaatan pestisida nabati dilakukan dengan mempertimbangkan fungsi dan sifat bahan tumbuhan yang dicoba, dan hal ini dapat dilaksanakan oleh siapa saja. Artinya eksplorasi yang demikian tidak harus berangkat dari keinginan yang berlandaskan pemikiran ilmiah, tetapi dapat langsung berdasarkan kebutuhan praktis. Sebetulnya penggunaan bahan tumbuhan sebagai pestisida nabati sudah lama dikenal oleh nenek moyang kita sebagai salah satu kearifan tradisonal yang sekarang hilang. Pada saat ini kita perlu melihat kembali kearifan tradisional dalam bidang perlindungan tanaman.  Usaha pengguanan bahan nabati dapat dimulai dari bahan-bahan tumbuhan yang kita kenal dengan baik, misalnya bahan tumbuh-tumbuhan yang kita kenal dengan baik, misalnya bahan-bahan ramuan tumbuhan obat (tanaman jamu tradisional), bahan tumbuhan yang diketahui mengandung racun (misalnya gadung, jenu, jarak pagar, dll), bahan tumbuhan berkemampuan spesifik (misalnya mengandung rasa gatal, pahit, bau spesifik, tidak disukai hewan/binatang), atau berdasarkan pengalaman diketahui mempunyai kemampuan khusus terhadap hama dan penyakit tanaman (biji sirkaya, mimba, tembakau, dll). Selanjutnya tingkat penggunaanya juga dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, demikian juga jenis tanaman yang hendak dilindungi. Usaha pengendalian dengan bahan-bahan nabati seperti ini aman terhadap lingkungan, karena bahan-bahan tersebut tidak bersifat asing bagi lingkungan dan cepat terurai menjadi bahan yang tidak berbahaya.

Tehnik Pengendalian Penyakit Blast

Padi terserang blast
Pengendalian penyakit blast dapat dilakukan beberapa cara yaitu:

  1. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan padi.
  2. Untuk lahan kering dilakukan penanaman padi gogo yang tahan terhadap penyakit blast. 
  3. Perbaikan cara bercocok tanam dilakukan dengan cara:
    1. Pembenaman jerami sakit sampai membusuk.
    2. Pengaturan jarak tanam yang diatur dengan sistim legowo, tepi arah timur barat.
    3. Pemakaian pupuk secara berimbang dan pupuk nitrogen tidak melebihi 90 kg/ha.
  4. Benih padi diperlukan dengan fungisida dengan dosis 5 gram/kg benih.
  5. Untuk daerah endemis, perlu disemprot terlebih dahulu dengan fungisida dengan dosis 1 liter / hektar, disemprotkan pada saat anakan makasimum, stadium bunting dan awal bunga. Untuk daerah bukan endemis, apabila pengamatan ditemukan bercak daun, peka pencegahan timbulnya busuk leher dilakukan dengan penyemprotan fungisida pada saat awal berbunga.